RMOL. Budayawan Sujiwo Tejo menyambut baik riset yang dilakukan para ahli untuk membongkar misteri situs megalitikum Gunung Padang.
Menurut dia, temuan dari Tim Katastropik Purba di gunung yang terletak di Cianjur, Jawa Barat itu patut diapresiasi oleh segenap bangsa. Itu menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.
Budawayan pemilik nama asli Agus Hadi lahir kelahiran 31 Agustus 1962 itu menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesian Lawyers Club, yang disiarkan TVOne, Selasa (2/4).
Diskusi yang dihadiri para tokoh dan dipimpin jurnalis senior Karni Ilyas itu sebenarnya membahas tentang fenomena hukum rimba di negara hukum. Dimana kerusuhan dan aksi kekerasan ternasuk yang menimpa aparat negara terjadi begitu saja di depan mata, seakan tidak dapat dicegah sama sekali.
Hasil riset Tim Katastropik Purba menunjukkan bahwa ada bangunan megah buatan manusia ribuan tahun lalu di bawah situs megalitikum Gunung Padang. Tim yang diinisiatori pembentukannya oleh Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief itu pun merekomendasikan untuk melanjutkan eskavasi bertahap terutama agar tampak luar bangunan megah di bawah Gunung Padang bisa dipandang dengan jelas.
Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat, yang ikut memeriksa usia lapisan di bawah situs megalitikum Gunung Padang November tahun lalu memperkirakan, bangunan tersebut berusia 14 ribu tahun. Jauh lebih tua daru bangunan tua apapun dan dimanapun yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia.
Hasil geolistrik dan georadar yang dilakukan geolog Dr. Danny Hilman menunjukkan citra yang tidak alami. Dari citra tersebut diketahui beberapa meter di dalam tanah Gunung Padang bukan merupakan tanah alami.
Hasil pengeboran yang dilakukan oleh geolog Dr. Andang Bachtiar menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia.
Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint. Dr. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat.
Dr Ali Akbar yang melakukan ekskavasi di lereng timur menemukan sampai dengan kedalaman 4 meter diperoleh struktur batu yang jelas menunjukkan telah dirancang dan disusun manusia.
Pertama, orientasi struktur batu di lereng timur adalah rebah (horisontal) timur-barat. Sementara itu orientasi struktur batu di lereng utara adalah rebah utara-selatan. Secara alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal). Jika columnar joint secara alami rebah, maka orientasinya akan seragam misalnya seluruhnya mengarah ke utara.
Kedua, struktur batu columnar joint yang ditemukan di kedalaman 4 meter diselingi lapisan semen purba. Semen purba tersebut berfungsi sebagai perekat sehingga struktur bangunan menjadi sangat kokoh. Dr. Andang Bachtiar yang melakukan analisis terhadap semen menyatakan pada semen tersebut terdapat mono cristallin quartz, iron-magnesium oxides dan clay.
Oxide mengandung hematite, magnetite, dan unsur lainnya yang jelas bukan berasal dari pelapukan batu columnar joint.
Ketiga, hasil ekskavasi memperoleh temuan logam berupa terak besi buatan manusia di antara struktur batuan di lereng timur. Hasil analisis Laboratorium Uji Departemen Teknik Metalurgi dan Mineral Universitas Indonesia menunjukkan kadar besi dan carbon yang tinggi. Masyarakat yang membuat situs Gunung Padang telah mengenal pembakaran, pengolahan, dan pemurnian logam.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas kiranya bahwa di bawah tanah Gunung Padang pernah terdapat aktivitas masyarakat masa lalu yang antara lain membuat struktur bangunan (manmade). Lapisan alami Gunung Padang jika mengacu pada hasil pengeboran kemungkinan besar terdapat pada kedalaman 18 meter dari permukaan tanah sekarang.[dem]
Sabtu, 30 Maret 2013 , 21:45:00 WIB
Inilah Penjelasan Detil tentang Bangunan Buatan Manusia di Bawah Gunung Padang
Laporan: Zulhidayat SiregarRMOL. Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) tadi siang (Sabtu, 30/3) telah meliris kepastian bahwa bangunan di bawah situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, adalah buatan manusia ribuan tahun lalu.
Menurut Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat, yang ikut memeriksa usia lapisan di bawah situs megalitikum itu bulan November tahun lalu, diperkirakan ia berusia 14 ribu. Jauh lebih tua daru bangunan tua apapun dan dimanapun yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia.
Dalam keterangan yang dikirimkan Andi Arief siang tadi diuraikan perjalanan penelitian yang mereka lakukan sejak bulan Mei tahun lalu.
Berikut adalah rangkaian jejak penemuan bangunan di bawah situs megalitikum Gunung Padang.
Hasil geolistrik dan georadar yang dilakukan oleh geolog Dr. Danny Hilman menunjukkan citra yang tidak alami. Dari citra tersebut diketahui beberapa meter di dalam tanah Gunung Padang bukan merupakan tanah alami.
Hasil pengeboran yang dilakukan oleh geolog Dr. Andang Bachtiar menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia.
Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint. Dr. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat.
Minggu ini arkeolog, Dr Ali Akbar melakukan ekskavasi di lereng timur. Sampai dengan kedalaman 4 meter diperoleh struktur batu yang jelas menunjukkan telah dirancang dan disusun manusia.
Pertama, orientasi struktur batu di lereng timur adalah rebah (horisontal) timur-barat. Sementara itu orientasi struktur batu di lereng utara adalah rebah utara-selatan. Secara alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal). Jika columnar joint secara alami rebah, maka orientasinya akan seragam misalnya seluruhnya mengarah ke utara.
Kedua, struktur batu columnar joint yang ditemukan di kedalaman 4 meter diselingi lapisan semen purba. Semen purba tersebut berfungsi sebagai perekat sehingga struktur bangunan menjadi sangat kokoh. Dr. Andang Bachtiar yang melakukan analisis terhadap semen menyatakan pada semen tersebut terdapat mono cristallin quartz, iron-magnesium oxides dan clay.
Oxide mengandung hematite, magnetite, dan unsur lainnya yang jelas bukan berasal dari pelapukan batu columnar joint.
Ketiga, hasil ekskavasi memperoleh temuan logam berupa terak besi buatan manusia di antara struktur batuan di lereng timur. Hasil analisis Laboratorium Uji Departemen Teknik Metalurgi dan Mineral Universitas Indonesia menunjukkan kadar besi dan carbon yang tinggi. Masyarakat yang membuat situs Gunung Padang telah mengenal pembakaran, pengolahan, dan pemurnian logam.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas kiranya bahwa di bawah tanah Gunung Padang pernah terdapat aktivitas masyarakat masa lalu yang antara lain membuat struktur bangunan (manmade). Lapisan alami Gunung Padang jika mengacu pada hasil pengeboran kemungkinan besar terdapat pada kedalaman 18 meter dari permukaan tanah sekarang. [zul]
Jumat, 29 Maret 2013 , 10:35:00 WIB
Indikasi Teknologi Metalurgi Zaman Purba Telah DitemukanLaporan: Teguh Santosa
RMOL. Dalam satu bulan terakhir tim arkeologi yang melakukan penelitian di kawasan timur situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat menemukan dua hal yang cukup mengagetkan.
Awalnya tim yang dipimpin DR Ali Akbar itu menemukan logam sepanjang 10 cm dalam keadaan berkarat. Logam itu ditemukan di lereng timur pada kedalaman satu meter. Setelah itu, sepuluh hari lalu, tim itu menemukan semen atau perekat purba pada sambungan antar batu. Semen ini juga ditemukan di lereng timur.
Penemuan itu sudah diuji di laboratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Tekni Universitas Indonesia.
Menurut DR Andang Bachtiar dari tim geologi riset mandiri Gunung Padang yang ikut meneliti kedua benda itu, kemungkinan besar benda pertama adalah logam hasil pembakaran batuan untuk mengkonsentrasikan metal dan keihatannya masih tercampur dengan clinkers atau carbon.
Ini dapat dilihat dari komposisi Fe dan O yang dominan dan masih Silika dan Alumunium, serta Carbon. Rongga-rongga kecil di sekujur logam itu juga mengindikasikan proses pembakaran.
Bahan pembakarnya bisa carbon dari kayu atau dari batubara atau dari minyak bumi, ujar DR Andang Bachtiar dalam keterangan yang dikirimkan kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, pagi ini (Jumat, 29/3).
Hipotesa sementara DR Andang Bachtiar, besar kemungkinan saat itu sudah ada proses pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi. Atau dengan kata lain, sudah ada proses pemurnian pembuatan logam pada waktu yang terkait dengan lapisan pembawa artefak tersebut.
Hal ini juga bisa sekaligus menjawab dugaan temuan semen purba beberapa waktu lalu, sambungnya.
Semen purba yang ditemukan itu memiliki kemampuan untuk mengikat batu-batu. Ia juga mempunyai kadar besi yang tinggi. Namun, sambungnya, masih dibutuhkan pendalaman lebih lanjut atas logam dan semen purba tersebut.
Hipotesa yang harus dijawab saat ini berkaitan dengan kemungkinan teknologi pemurnian logam atau teknologi metalurgi di jaman purba. Dan yang juga penting, apakah pemurnian itu dilakukan di tempat lain, atau di tempat ia ditemukan, masih kata mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu.
Pada bagian lain, kantor Andi Arief mengingatkan bahwa semen purba juga ditemukan ketika tim geologi melakukan pengeboran di Teras 2 dan Teras 5 situs Gunung Padang bulan Februari 2011 lalu. Dari uji carbon dating diperoleh informasi bahwa semen purba tersebut berasal dari setidaknya 11.500 tahun yang lalu. [guh]