Jakarta: Berkicau di Twitter kini bukan lagi dominasi orang dewasa. Makin banyaknya selebriti yang ngetwit membuat mikroblogging ini diminati banyak orang tanpa batas usia, termasuk anak-anak.
Sebagai orangtua, Anda harus tahu kalau anak-anak mulai rajin ngetwit. Sama dengan jejaring sosial lain, Twitter juga punya efek negatif apabila penggunanya tidak paham bagaimana menggunakannya dengan tepat.
Terlebih lagi usia anak-anak dan remaja ada di periode yang cukup rentan menjadi korban predator dunia maya. Ingat, para predator pun berkeliaran di Twitter. Apa sesungguhnya risiko menggunakan Twitter?
Bagi orang dewasa yang sudah paham risiko dari interaksi di dunia maya, tentunya dapat bersikap bijak. Tapi kaum remaja dan anak-anak seringkali dengan mudah mempercayai begitu saja apa yang dibaca di Twitter, terlebih lagi kalau informasi itu ditwit oleh teman baiknya, atau selebriti idolanya.
Makanya peran orangtua sangat dibutuhkan untuk menjelaskan pada anak-anak bahwa tidak selalu yang beredar di Twitter itu langsung bisa dipercaya. Berikut beberapa risiko aktivitas berkicau di Twitter:
1. Karena siapa saja bisa melihat apa yang Anda twit, ada bagusnya Anda mengontrol isi twit. Jelaskan pada anak, jangan memposting twit informasi yang bersifat privasi, seperti misalnya alamat rumah, nomor telepon/HP, nama ortu dan semua data pribadi yang dapat disalahgunakan oleh orang tak bertanggungjawab.
2. Jika memang tujuan dari ngetwit adalah untuk berinteraksi dengan orang-orang tertentu saja, bikinlah setting lock atau terkunci. Dengan demikian tidak semua orang dapat melihat isi twit Anda.
3. Jangan mudah percaya dengan informasi yang heboh di Twitter. Terbukti banyak sekali hoax atau berita palsu beredar di Twitter, dan sudah banyak orang yang percaya begitu saja tanpa melakukan konfirmasi. Untuk remaja dan anak-anak, peringatkan bahwa tidak semua yang ditwit oleh selebriti atau artis idola mereka itu benar.
4. Tidak semua akun yang ada di Twitter akun asli. Cukup banyak akun palsu yang mengaku selebritas atau tokoh tertentu, dan sering menyebarkan informasi tidak benar. Remaja dan anak-anak harus diberi pemahaman bahwa di Twitter pun banyak orang yang jahil atau kriminal, memalsukan akun orang lain.
Sampaikan penjelasan tentang risiko ngetwit di atas dalam bahasa yang mudah dipahami anak-anak, agar mereka tidak salah paham.